Keterkaitan Gametogenesis
Pada Manusia Dengan Tujuan Sistem Reproduksi
Gametogenesis adalah proses pembentukan sel- sel gamet yang siap berperan
dalam proses reproduksi. Spermatogenesis pada pria menghasilkan sperma,
sedangkan oogenesis pada wanita akan menghasilkan ovum.
SPERMATOGENESIS - SPERMIOGENESIS (PADA PRIA)
Pada pria, sel benih primordial tetap berada pada stadium embrionalnya, di
dalam jaringan testis, dikelilingi dengan sel-sel penunjang, sampai saat
sesudah lahir dan menjelang pubertas.
Diferensiasi lanjutan dari sel benih primordial dan penunjangnya baru mulai
pada masa pubertas.
Pada masa pubertas, sel penunjang berkembang menjadi sel-sel sustentakuler
Sertoli untuk nutrisi gamet.Sel benih primordial berkembang menjadi
spermatogonium kemudian menjadi spermatosit primer.
Spermatosit primer ini kemudian mengadakan mitosis untuk memperbanyak diri
terus menerus.
Kemudian hasil akhir pembelahan tersebut menjalani proses miosis pertama
menjadi spermatosit sekunder.
Setelah itu spermatosit sekunder menjalani proses miosis kedua menjadi
spermatid.
Perkembangan selanjutnya dari spermatid menjadi sel sperma dewasa disebut
sebagai spermiogenesis .
Pada proses spermiogenesis, terjadi beberapa proses penting :
1. badan dan inti sel spermatid menjadi "kepala" sperma
2. sebagian besar sitoplasma luruh dan diabsorpsi
3. terjadi juga pembentukan leher, lempeng tengah dan ekor
4. kepala sperma diliputi akrosom.
Hasil akhir proses ini adalah sel-sel sperma dewasa yaitu spermatozoa.
Karena terjadi pemisahan pasangan kromosom, suatu sel spma akan mengandung
kromosom separuh dari induknya (44+XY) yaitu kemungkinan 22+X atau 22+Y.
Keseluruhan proses spermatogenesis - spermiogenesis normal pada pria
memerlukan waktu 60-70 hari.Setelah terbentuk sempurna, spermatozoa masuk ke
dalam rongga tubulus seminiferus, kemudian akibat kontraksi dinding tubulus
spermatozoa terdorong ke arah epididimis.
Suasana keseimbangan asam-basa dan elektrolit yang sesuai di intratubulus
dan epididimis memberikan spermatozoa kemampuan untuk bergerak (motilitas
sperma).
OOGENESIS (PADA WANITA)
Pada w anita, setelah tiba di gonad, sel benih primordial segera
berdiferensiasi menjadi oogonium.
Oogonium kemudian mengalami beberapa kali mitosis, dan pada akhir
perkembangan embrional bulan ketiga setiap oogonium dikelilingi oleh selapis
sel epitel yang berasal dari permukaan jaringan gonad, yang nantinya menjadi
sel folikuler.
Sebagian besar oogonium terus mengalami mitosis, sebagian lain
berdiferensiasi dan tumbuh membesar menjadi oosit primer.
Oosit primer kemudian mengadakan replikasi DNA dan memasuki proses miosis
pertama sampai tahap profase.
Pada embrio bulan ke-5 sampai ke-7, jumlah oogonium diperkirakan mencapai
5-7 juta sel. Pada saat itu sel-sel mulai berdegenerasi, sehingga banyak
oogonium dan oosit primer berhenti tumbuh dan menjadi atretik.
Tetapi oosit primer yang telah memasuki tahap profase miosis pertama tetap
bertahan pada stadiumnya dengan dilapisi sel folikuler epitel gepeng
(selanjutnya oosit primer dengan sel folikuler ini disebut sebagai folikel
primordial).
Folikel primordial tetap pada stadiumnya (disebut fase istirahat/ fase
diktioten / diplotene stage), sampai sesudah kelahiran dan menjelang pubertas.
Jumlahnya pada saat kelahiran sekitar 700 ribu - 2 juta folikel
Pada masa pubertas, sambil mulai terbentuknya siklus menstruasi, folikel
primordial / oosit primer mulai melanjutkan pematangannya dengan kecepatan yang
berbeda-beda.
Pada saat ovulasi suatu siklus haid normal, yaitu sekitar dua minggu
sebelum terjadinya perdarahan haid berikutnya, hanya satu sel folikel yang
mengalami pematangan sampai tingkat lanjut dan keluar sebagai ovum yang siap
dibuahi.
Pertumbuhan / pematangan diawali dengan pertambahan ukuran oosit primer /
folikel primordial menjadi membesar, dan sel-sel epitel selapis gepeng berubah
menjadi kuboid dan berlapis-lapis.
Pada tingkat pertumbuhan ini, oosit primer bersama lapisan epitelnya
disebut bereda dalam stadium folikel primer.
Awalnya oosit primer berhubungan erat dengan sel folikuler kuboid yang
melapisinya, namun selanjutnya terbentuk suatu lapisan mukopolisakarida yang membatasi
/ memisahkan di antaranya, yang disebut zona pellucida.
Kemudian terbentuk juga suatu rongga dalam lapisan folikuler (antrum
folikuli) yang makin lama makin besar.
Tetapi sel-sel folikuler yang berbatasan dengan zona pellucida oosit primer
tetap utuh dan menjadi cumulus oophorus.
Stadium perkembangan ini disebut stadium folikel sekunder.
Kemudian antrum folikuli semakin membesar, sementara bagian tepi luar
lapisan folikuler mulai dilapisi oleh dua lapisan jaringan ikat yaitu teka
interna (lapisan seluler, sebelah dalam, yang kemudian menghasilkan hormon
estrogen) dan teka eksterna (lapisan fibrosa, sebelah luar).
Pada stadium ini, folikel disebut sebagai berada dalam stadium sudah
matang, disebut sebagai folikel tersier atau folikel deGraaf
Setelah tercapai pematangan folikel, oosit primer memasuki pembelahan
miosis kedua dengan menghasilkan dua sel anak yang masing-masing mengandung
jumlah DNA sebanyak separuh sel induk (23 tunggal, ).
Tetapi hanya SATU sel anak yang tumbuh menjadi oosit sekunder, sementara
sel anak lainnya hanya menjadi badan kutub (polar body) yang tidak tumbuh lebih
lanjut.
Pada saat oosit sekunder mencapai stadium pembentukan kumparan (coiling)
terjadilah OVULASI di mana oosit tersebut dilepaskan dari folikel deGraaf,
bersama dengan lapisan cumulus oophorus dari sel folikular dan lapisan zona
pellucida.
Susunan cumulus oophorus di sekeliling zona pellucida kemudian menjadi
corona radiata.
Folikel bekas tempat oosit kemudian di bawah pengaruh hormon LH hipofisis
akan menjadi korpus luteum yang kemudian menghasilkan hormon progesteron.
Kemudian, oleh gerakan kontraksi dinding tuba dan ayunan serabut-serabut
fimbriae dinding tuba, oosit tersebut ikut terbawa ke arah uterus. Di dalam
tuba inilah terdapat kemungkinan terjadinya pembuahan dengan sel sperma.
Jika terjadi pembuahan, oosit sekunder menyelesaikan stadium pembelahan
pematangan keduanya sampai menjadi oosit matang, kemungkinan dengan
menghasilkan satu buah polar body lagi. Sementara polar body hasil pembelahan
sebelumnya diperkirakan juga mengadakan satu pembelahan lagi.
Jika terjadi pembuahan dan kehamilan, korpus luteum tetap aktif karena
hormon progesteron yang dihasilkannya berfungsi mempertahankan keseimbangan
hormonal selama masa-masa awal kehamilan.
Jika tidak terjadi pembuahan, oosit sekunder akan mengalami degenerasi
dalam waktu sekitar 24-48 jam pasca ovulasi.
Jika tidak terjadi pembuahan dan kehamilan, sampai dengan 9-10 hari sesudah
ovulasi korpus luteum akan berdegenerasi dan mengalami fibrosis menjadi korpus albikans.
Akibat degenerasi ini produksi progesteron juga menurun, menjadi stimulasi
untuk terjadinya perdarahan haid berikutnya.
Hasil akhir oogenesis normal kemungkinan adalah satu buah oosit matang dan
1-3 buah polar bodies.
Kromosom yang dikandung oleh oosit adalah separuh dari induknya, yaitu
23+X.
Tujuan reproduksi adalah menghasilkan keturunan melalui fertilisasi, sperma
dan ovum ini lah yang nantinya akan berfertilisasi sehingga kita dapat
melestarikan keturunan.
Oogenesis
|
Mentruasi,
Fertilisasi dan Gestasi
A. Menstruasi
Menstruasi terjadi karena sel telur yang dilepaskan folikel tidak dapat
dibuahi oleh sel sperma. Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa setelah
pelepasan sel telur, maka folikel akan kosong, selanjutnya akan membentuk
korpus luteum yang berwarna kuning. Korpus luteum ini akan memacu terbentuknya
hormon progesteron. Hormon ini akan menyebabkan terjadinya penebalan dinding
rahim atau endometrium, tetapi hormon ini akan mengalami penurunan jumlah,
kemudian korpus luteum akan berdegenerasi, yang diikuti peluruhan yang disebut
dengan peristiwa menstruasi. Akibatnya, terjadi pendarahan yang disebut dengan
peristiwa menstruasi. Menstruasi adalah peristiwa luruhnya sel telur yang tidak
dibuahi yang sudah menjadi mati bersama-sama dengan selaput lendir dinding
rahim yang merupakan lapisan yang kaya pembuluh darah.
B. Gestasi: adalah kehamilan,
Pada masa implantasi, hormon yang bekerja adalah esterogen dan progesteron.
Kedua hormon tersebut berperan untuk menjaga zigot selama perkembangannya.
Zigot akan membelah berkali-kali menghasilkan sel-sel yang sama besarnya
dengan bentuk seperti buah arbei dan disebut morula. Morula ini akan terus
membelah sampai terbentuk rongga yang disebut blastosol, fase ini disebut
blastula.
Blastula ini akan berkembang membentuk gastrula yang memiliki 3 lapisan
embrional yaitu ektoderm (lapisan luar), mesoderm (lapisan tengah) dan endoderm
(lapisan dalam).
Selain berbentuk 3 lapisan embrional, juga berbentuk beberapa membran yang
berfungsi untuk melindungi embrio.
Perkembangan embrio meliputi pembelahan sel dan organogenesis lapisan
embrional menjadi organ-organ tubuh.
C. Fertilisasi
Peristiwa fertilisasi terjadi di saat spermatozoa membuahi ovum di tuba
fallopii, terjadilah zigot, zigot membelah secara mitosis menjadi dua, empat,
delapan, enam belas dan seterusnya. Pada saat 32 sel disebut morula, di dalam
morula terdapat rongga yang disebut blastosoel yang berisi cairan yang
dikeluarkan oleh tuba fallopii, bentuk ini kemudian disebut blastosit. Lapisan
terluar blastosit disebut trofoblas merupakan dinding blastosit yang berfungsi
untuk menyerap makanan dan merupakan calon tembuni atau ari-ari (plasenta), sedangkan
masa di dalamnya disebut simpul embrio (embrionik knot) merupakan calon janin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar